Operasi Cesar yang Kedua

Mau share lagi nih setelah lama ga nulis.. 🙂

Tanggal 9 Agustus 2010, alhamdulillah kami dikaruniai putera kedua yang lahir secara sectio lagi. Alasan saya untuk sectio lagi karena setelah saya mengumpulkan artikel tentang VBAC (vaginal birth after caesar), ternyata ada kemungkinan VBAC akan memiliki resiko bagi si ibu atupun janin. Karena, jika “terjadi sesuatu” saat mencoba melahirkan normal /VBAC maka tentu saja akan diputuskan untuk kembali melahirkan secara sectio (unplanned sectio) dan resikonya sangat tinggi dibandingkan jika langsung memutuskan untuk sectio lagi. Ditambah lagi jarak putera pertama dan kedua hanya 25 bulan saja.

Alhamdulillah, putera kedua kami lahir secara sehat tanpa kurang satu apapun juga. Arka lahir dengan berat 3105 gr dan tinggi 49,5 cm. Anak kami lahir di Bandung karena tidak memungkinkan untuk melahirkan di Jayapura seperti anak pertama. Ternyata, keputusan kami untuk melahirkan di bandung “mengungkapkan” hal yang menurut kami sangat mencengangkan. Bulan keenam, saat pertama kali saya memeriksakan kandungan di bandung, DSOG nya keheranan karena bekas sayatan pada perut saya kok panjang, miring dan terlalu atas. Ditambah lagi, ada keloid disana. Wah, saya sempat kaget tapi dokternya bisa menenangkan saya. Meskipun sampai hari ini saya masih tidak mengerti/menerima bahwa operasi cesar pertama saya, yang dilakukan oleh seorang dokter yang paling “bagus” di Papua, ternyata tidak seperti yang saya harapkan. Nah, yang lebih mengagetkan lagi setelah anak kedua kami lahir, dokternya bilang kalau dokter di Jayapura yang melakukan cesar pertama telah menyobek otot perut saya. Waduh, apalagi ini?? Saya dan suami shock. Kami takut hal ini akan berdampak pada kesehatan saya tentu saja.

Kami tidak habis pikir kok dokter bisa ceroboh seperti itu? Padahal dokter tersebut adalah dokter yang dianggap paling baik di Papua. Tapi tidak ada kejadian tanpa hikmah dibaliknya. Ada beberapa hikmah ternyata dibalik keputusan kami untuk kembali melahirkan secara sectio. Dengan sectio yang kedua, kami bisa tahu bahwa ada kecerobohan yang dilakukan oleh dokter yang pertama yang mungkin tidak akan pernah kami ketahui jika kami memutuskan untuk melahirkan secara normal. Dan setelah kami bandingkan prosedur operasi pertama dengan yang kedua ternyata sangat berbeda. Pada operasi pertama, saya tidak melalui ruangan steril atau pra-ops. Sedangkan pada operasi yang kedua kami melalui beberapa ruangan steril sebelum operasi dilaksanakan. Dan pada operasi yang pertama, ruangan operasi tidak sempat dibersihkan atau disterilkan dulu karena seingat saya begitu pasien sebelum saya keluar, saya langsung dibawa ke ruang operasi. Waaah, jadi mual saya kalau ingat hari itu.

Seminggu yang lalu saya dapat kabar bahwa teman kuliah saya baru saja diangkat rahimnya karena terkena kanker rahim stadium lanjut. Hal ini dimungkinkan disebabkan oleh operasi cesar yang dia lakukan empat tahun lalu di sebuah rumah sakit daerah. Operasi ini dicurigai menjadi penyebabnya karena dilakukan dengan tidak steril. Jadi ada “sesuatu” yang tidak terbersihkan dan tertinggal saat operasi. Beberapa bulan setelah teman saya operasi cesar, dikatakan bahwa ada tumor yang tumbuh di rahimnya dan beberapa tahun kemudian tumbuh menjadi kanker. Waaah, saya semakin merinding mengingat operasi cesar pertama saya. Sekali lagi, alhamdulillah saya memutuskan untuk kembali melahirkan secara operasi jadi dapat segera diketahui jika memang “ada apa-apa”.

Oya, saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti atau mempengaruhi teman-teman yang berkeinginan untuk VBAC, tapi sebaiknya pelajari riwayat cesar sebelumnya dan berkonsultasi dengan DSOG yang bisa dipercaya sebelum memutuskan metode melahirkan yang akan dipakai.

Semoga berguna 🙂

4 responses to “Operasi Cesar yang Kedua

  1. Mba boleh minta info by email terkait nama dokter ybs. Dikarenakan saya juga masih dilemma antara melahirkan di Jayapura atau di Jakarta/Bandung.
    Terimakasih.

Tinggalkan komentar